A. apa arti persaudaraandalam psht
Apakah sebenarnya hakikat dari persaudaraan itu? Kajian kodrati, semua makhluk yang ada di muka bumi ini, pada pokoknya terikat pada satu jalinan persaudaraan. Sebuah pranatan iradati yang menempatkan manusia bersama makhluk lainnya dalam garis edar simbiosis mutualisme.
apa siiih persaudaraan itu. naah d sini kita  bahas apa itu persaudaraan.
Pertama pengertian persaudaraan menurut pandangan umum. Kedua. Pendekatan makna persaudaraan ditinjau dari segi etimologi.

Persaudaraan dalam pengertian umum adalah terjalinnya suatu hubungan timbal-balik antara individu yang satu dengan lainnya yang terikat oleh rasa kebersamaan; saling sayang menyayangi, kasih mengasihi, saling memberi dan menerima (take dan give)

Sedangkan bila ditinjau dari sudut etimologi; kata “Persaudaraan” bersal dari bahasa sanskrit. “Sa-udara”, mendapat imuhan “per-an” yang berarti hal bersaudara atau tentang tata cara menggolongkan ikatan yang kokoh sebagai jelmaan “sa (satu),”udara (perut) atau kandungan. Ibarat manusia dilahirkan dari satu kandungan (perut) maka mereka harus dapat bersatu padu secara tulus, dan selalu ingat akan awal mulanya, (eling marang dalane).

Sementara jika ditinjau dari susunan katanya, kata persaudaraan terdiri atasa kata dasar”saudara”yang mendapatkan prefik per-dan sufik-an. Dan jika ditijau dari segi nosi, konfik per-an pada kata “persaudaraan” berarti membentuk kata tersebut menjadi sebuah kata benda abstrak

B. Kuncinya adalah Hati Nurani
Persudaraan dalam pandangan Persaudaraan Setia hati Terate pada dasarnya juga tidak jauh berbeda dari pengertian tersebut di atas. Penekanannya hanya pada sasaran yang hendak dicapai, arah dari persaudaraan itu sendiri. Yakni, suatu jalinan hubungan timbal balik yang dilandasi rasa saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati dan saling bertanggungjawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa kamu dan siapa aku, persaudaraan yang tidak membedakan latar belakang dan status poleksosobud (politik, ekonomi, sosial dan budaya), persaudaraan yang terlepas dari kefanatikan SARA (suku, agama, ras dan atara golongan)- dengan satu catatan keterkaitan atas pengertian persaudaraan itu tidak bertentangan dengan norma dan hukum masyarakat serta hukum negara dimana kita hidup.


persaudaraan dalam Persaudaraan Setia Hati Terate adalah persaudaraan sejati. Yakni persaudaraan yang murni dari lubuk hati sanubari, tanpa dilatarbelakangi oleh apa dan siapa. Persaudaraan yang lahir dari insan yang sama-sama merasa senasib sepenanggungan. Persaudaraan yang lahir dari kesadaran bahwa hakikat dirinya tidak berbeda dengan diri orang lain; yaitu berasal dari dzat yang sama. Karenanya baik jenis, sifat dan rasanya juga sama.

Dalam Persaudaraan Setia Hati Terate, bila antarsesama warga telah mencapai”kadar” persaudaraan semacam ini, dikatakan bahwa kita sudah “ketemu rose” (bertemu rasa-nya).

 di dalam Persaudaraan Setia Hati Terate tidak terdapat hubungan antar “guru” dengan “murid”. Akan tetapi, yang ada hanyalah hubungan antara saudara dengan saudara; dimana saudara yang lebih “muda” harus menghormati saudara yang lebih “tua”; saudara yang lebih “tua” harus menyayangi saudara yang lebih “muda” dan tidak boleh semena-mena; serta saudara yang “sebaya” harus saling menghargai dan saling menyayangi. Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Setia Hati Terate.

Dengan persaudaraan yang seperri ini kita berharap akan bisa tercipta suatu kebersamaan yang utuh, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Meminjam istilah dalam bahasa Jawa bisa dikatakan sebagai “paseduluran kang tansah manunggal bebasan datan pinisah najan tinigas pedang ligan” (tetap bersatu meskipun ditebas pedang ) atau “tansah tiningal guyup rukun, saiyeg saeka praya”.

C. Unsur Pendukung Persaudaraan
Satu pertanyaan yang muncul senada dengan perspektif di atas adalah ; bagaimana agar tercipta iklim persaudaraan seperti itu ? Persaudaraan setia hati terate sebagai organisasi berdaya gerak sistem persaudaraan mengenal tiga unsur pendukung persaudaraan.

Rasa Saling Sayang Menyayangi

Pertama persaudaraan itu harus dilandasi rasa saling sayang menyayangi. Yaitu ,adanya jalinan rasa kebersamaan antara orang pertama dan kedua,yang kedua dan lainnya.

misal ,jika terdapat ada orang dari saudara kita sakit,maka kita pun harus ikut merasakannya. Lebih jauh lagi,harus memberikan dorongan semangat agar si sakit punya kemauan untuk sembuh. Bahkan akan lebih baik lagi jika ikut berusaha mencarikan obat bagi saudara kita yang sakit.

Sebaliknya,jika mendengar dari salah seorang dari saudara kita mendapat kebahagiaan ,kita pun harus ikut merasa senang,jangan lantas iri dan dengki. Dalam bahasa jawa lebih dikenal dengan istilah “jiniwit katut”atau “tiji tibeh ,yaji yabeh:mati siji mati kabeh,mulya siji mulya kabeh”(sama suka sama rasa)

Cinta Tak terbatas Sama dengan Pembunuhan
 rasa saling sayang menyayangi itu harus ada batasnya. Cinta itu ada batasnya. Cinta yang tidak ada batasnya akan berakhir dengan penyiksaan dan penyesalan atau dikatakan sama halnya dengan pembunuhan. Pembunuhan itu keji dan tidak berperikemanusiaan. Pembunuhan juga berdosa. Dari proporsi ini bisa di tarik satu pengertian, bahwa cinta yang tidak ada batasnya lebih dekat dengan perbuatan keji dan dosa.

D. Hormat Menghormati

Unsur pendukung terjalinnya rasa persaudaraan yang kedua adalah saling hormat-menghormati. Yang merasa lebih muda harus menghormarti yang tua, yang tua pun harus bisa mengemban penghormatan itu dengan arif, tidak semena-mena kepada yang muda dan tidak bersifat diktator.

Pola penghormatan antara yang muda dan yang tua dalam PSHT, tidak sekedar ditakar dengan lamanya masa pengesahan, namun juga harus memperhatikan usia seseorang. Jadi jangan karena merasa tahun pengesahannya lebih tua, lantas bersikap sok jago terhadap warga yang mengesahkannya lebih muda. Sebaliknya, bagi warga yang merasa berusia lebih tua, juga jangan gila hormat. Sebab gila hormat itu penyakit jiwa.
jadi  kita sesama saudara harus saling menghargai, yang mudaa yang tua, kita sendiri tau takarannya, kita semdiri tau bagaimana kita harus bersikap kepada orang yang lebih tua dari kita,,

E. Bertanggung Jawab

Ketiga, dan ini yang harus selalu dijaga sebagai konsekuensi kita sebagai manusia yang berbudaya, adalah saling bertanggungjawab, jujur dan selalu menekankan keterbukaan dalam menghadapi setiap persoalan. Pertanggungjawaban yang dimaksud dalam hal ini bisa dipilah menjadi tiga. Pertama pertanggungjawaban kita terhadap diri sendiri, kedua kepada orang lain atau sesama, dan ketiga pertanggungjawaban kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Apabila ketiga unsur pendukung terjalinnnya persaudaraan itu bisa terwujud san dipertahankan, bukan mustahil jika apa yang kita harapkan atas persaudaraan itu bisa tercipta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ekspedisi Persaudaraan Dikediaman rumah Mas Edi WIdyatmoko

macam-macam sabuk dan arti dari sabuk PSHT

UKM PSHT UIN Walisongo Adakan PELATIHAN DESAIN GRAFIS CANVA